Tuesday, November 29, 2011

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini:
1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3.
Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

dari : http://www.transparansi.or.id/tentang/good-governance/

Sunday, November 27, 2011

Kademangan merupakan kembangan dari sebuah kata dasar "demang" yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai artian kepala distrik atau wedana pada zaman pemerintahan Belanda. Sehingga, dapat dibilang kademangan merupakan suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang Demang.

Bejen, sebuah pedukuhan di kelurahan Bantul. Letaknya tenggara jantung kota Bantul, mungkin sekitar satu kilonan meter bila diambil sebuah garis lurus. Rumah Sakit Panembahan Senopai Bantul diambil garis lurus ke barat sekitar 200an meter. Inilah sebuah dusun yang mempunyai nama Bejen.

Banyak cerita yang menceritakan sebuah sejarah di mana Bejen merupakan sebuah nama kuno. Menurut pengamatan penulis, nama Bejen mungkin sudah ada bersamaan dengan nama Kademangan Ngepal (Palbapang sekarang) atau lebih muda puluhan tahun setelah itu.

Sekedar untuk mencicil sebuah proyek penulisan sejarah Bejen, mungkin ada beberapa analisa yang dapat menjadi acuan bila Bejen merupakan sebuah Kademangan dan merupakan desa kuno pula.

1. Sebuah sil-silah tentang trah Bejen yang berasal dari keturunan Prabu Brawijaya V (Prabu Kertabhumi). Dalam hal ini, mungkin pada generasi ke-berapa dari darah Brawijaya mulai menetap di Bejen. Dalam sil-silah ini disebutkan pula nama Panembahan Bodho yang berada di daerah Wijirejo, Pandak.


2. Adanya cerita tentang rumah-rumah megah dan besar-besar lengkap beserta pagar-pagar menjulang di daerah Bejen, meski saat ini semua itu mungkin telah hilang. Namun, cerita turun temurun pun juga merupakan referensi yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Khususnya terhadap sebuah nama yang menjadi sesepuh Bejen yakni Simbah Demang putera dari Josetro alias Setro Menggolo alias Joyo Setiko.

3. Sebuah cerita dari kyai-kyai sepuh tentang perjalanan Sunan Cirebon yang berusaha menangkap lintang yang jatuh di Makam Imogiri pada zaman Sultan Agung Hanyokrokusumo. Tepat disekitar Langgar Al Mujahiddin (Pondok Pesantren Hidayatul Falaah) itulah Sunan Cirebon sekedar melepas penat sambil menunaikan ibadah sholat. Konon, dahulu ada seorang kyai yang melihat cahaya cemlorot dari daerah langgar tersebut.

4. Sebuah kesenian Sholawatan Rodat yang merupakan peninggalan Panembahan Bodho di daerah Wijirejo. Kemungkinan karena ada salah satu trah Bejen yang mempunyai darah Panembahan Bodho, proses adanya Kesenian Rodat di Bejen melalui sebuah mobilitas budaya oleh keturunan Panembahan Bodho. Sampai saat ini, kesenian tersebut masih lestari dan menjadi khasanah kebudayaan di Bejen.

Wilayah cangkupan Kademangan Bejen belum diketahui secara pasti atau hanya menyusuri kisah-kisah lama tentang Bejen. Kemungkinan wilayah Pedukuhan Bejen saat ini ditambah beberapa wilayah lain. Semua ini tidak akan menjadi legenda bila tidak ada nama yang menjadi sebuah tanda tanya besar bagi keturunan Bejen, yakni nama Kyai Demang di Bejen dalam suatu sil-silah yang diberikan oleh Simbah Badjuri (Bejen RT 06), almarhum Simbah Djalal Syayuti, serta Simbah Moch, Maksum (kaum rois Bejen).

Friday, November 25, 2011

Mengapa judulnya "Tegal Kedinding"?
Adakah yang bertanya sedemikian rupa seperti pertanyaan saya? Jawabnya butuh panjang bulet deh kalo nerangin ini judul aneh banget. Antara Tegal sama Kedinding apa hubungannya?

TEGAL
Tegalrejo, Magelang, sebuah kecamatan yang berada dikawasan Magelang. Tepatnya di desa Kombangan, terdapat sebuah pondok lusuh kuno bimbingan KH Yasin bin Idris bernama Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi'ien. Disini beberapa tahun yang lalu Kyai Achmad Burhani menjadi murid Simbah Yai Yasin.

KEDINDING
Kedinding, Surabaya, merupakan kawasan di dekat pantai yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Madura yang akhirnya terhubung dengan jembatan Suramadu di daerah Kenjeran. Tepatnya di Jalan Kedinding Lor 99 terdapat sebuah pondok megah yang pernah diasuh oleh KH Achmad Asrori Al Ishaqi almarhum. Disinilah Kyai Achmad Burhani mendapatkan ijazah berupa amaliyah Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsabandiyyah al Utsmaniyyah dan diangkat oleh Simbah Yai Asrori sebagai seorang Imam Khushusy.

Suasana malam itu benar-benar berubah ketika Kyai Achmad Burhani Asyahidi berpulang dari tanah Haromain. Pondok pesantren di Jalan Urip Sumoharjo 19 Bejen ini berubah meriah hingga larut malam. Hiruk pikuk orang-orang mulai dari yang bingung sampai orang ndak tahu wudel berjubel menanti tamu Allah di Pondok Bejen (trending name).

Sebelum di pondok, Yai Burhani mampir dulu di Masjid Darussalam Bejen untuk melepas rindu kepada rakyat yang ditinggal beliau selama 40 hari. Namun, meski Masjid Bejen (Trending name #juga) beramai-ramai menyambut tamu-tamu Allah dengan tata adat dusun, di pondok sendiri orang-orang yang mengaku jama'ahnya beliau, Yai Burhani mempersiapkan seremonial ala mereka sendiri.

Pondok Bejen begitu ramai disamping Masjid Bejen juga rame. Bedanya, yang di masjid itu orang kampung sedangkan yang di pondok itu jama'ahnya beliau Yai Burhani. Persamaannya, mereka berdua (pondok dan mesjid gan) berada di dusun Bejen.

"Asholatu was salamu 'alaika ya Rasulullah, Asholatu wa salamu 'alaika ya Habiballah, Thola'al badru 'alaina......" terdengar dengan keras dan agak kasar sedikit (efek sound cuy), pokoknya orang yang baru santai-santai atau sekedar tidur di tembok pada kaget.

Santri-santri beliau, Yai Burhani menyambut kedatangan Yai beserta Ibu Nyai dari mobil dengan lantunan "Thola'al" ala santri-santri Kedinding ketika menyambut Habib Umar al Jailaniy. Meriah meruah sholawat ini, dengan suasana yang semangat putih-putih (Al Khidmah).

Clink-clink!!!
Hilang kemana para santri?
Mereka kemudian beralih profesi seperti kebenaran berkata tentang pengabdian santri terhadap guru. This job is Laden. Bukan nama dari teroris yaa, bukan Usama bin Laden, ini lebih menggambarkan bagaimana kesuasana ketika berada di Kombangan, Tegalrejo. Minuman teh hangat manis tersaji dengan makanannya segera disiapkan di Ndalem Yai. Ditata rapi agar tidak kesampluk terus tumpah ruah di karpet.

Dan akhir cerita dari Tegal Kedinding adalah bagaimana suasana Al Khidmah berjalan beriringan dengan kebiasaan Tegalrejo. Ibarat acaranya itu Al Khidmah namun santri-santrinya loyalnya seperti anak-anak Tegalrejo. Ini adalah kenang-kenangan anak-anak Pondok Kombangan cabang Bejen :

Friday, October 28, 2011


Sebuah percakapan panjang akhirnya memberikan aku sebuah ilmu, memberikan tambahan wawasan tentang benar adanya yang bernama Bid'ah Wajib. Beberapa kalangan Islam yang berpikir modern, beberapa puluhan tahun yang lalu mempunyai misi-visi khusus untuk membasmi hal-hal yang berkaitan dengan Bid'ah dan teman-temannya. Tidak aneh bila kemudian, muncul beberapa kesalahpahaman antara golongan Islam satu dengan golongan lainnya karena sebuah adu dompa serta adu dalil.

Nahwu Shorof merupakan hal yang baru dalam wawasan khasanah Islam. Pada zaman Nabi Muhammad SAW belum ada ilmu macam-macam bahkan Nahwu Shorof yang istilahnya penting untuk menjaga kemurnian Al Qur'an. Ini merupakan hal yang baru dalam Islam tentunya juga berkaitan dengan masalah ibadah karena membaca Al Qur'an merupakan sebuah ibadah amaliah bagi muslim. Bila, pembacaan Al Qur'an salah atau ada yang mengganti titah-titah mulia maka tentu kita tidak akan mengerti permasalahan itu.

Sebelumnya saya waton namai dengan Adhiya'ud Daaroin yang menurut saya Cahaya Dua Rumah. Ternyata setelah melalui pembelajaran singkat, saya berada dipihak yang salah. Secara Nahwu Shorof, kata yang saya keluarkan akan mengandung makna lain. Tidak salah dalam pemilihan kata-katanya namun saya salah mengucapkannya. Dari sinilah saya mulai mengerti hal yang sebenarnya salah dan harus dibetulkan.

DHIYA'UD DAAROIN
artinya Cahaya Dua Rumah. Dua Rumah yang dimaksud adalah rumah dunia dan rumah akhirat.

Dan sekarang saya suka Dhiya'ud Daaroin sebagai paraban maupun siap untuk direlease sebagai majelis taklim dan sholawat.

Thursday, October 27, 2011

Saya cuma mau ngucapin tentang kehadiran bulan "Besar" dalam kalender Islam, hajatan terbesar umat Islam pun dilaksanakan pada bulan ini, yakni Idul Qurban dan Ibadah Haji.

HAPPY
DZULHIJJAH 1432 H MUBARAK !
SEMOGA YANG SEDANG MENJALANKAN IBADAH HAJI, IBADAHNYA DITERIMA DI SISI ALLAH SWT SEBAGAI AMALAN YANG IKHLAS DAN DAPAT MENJADIKAN ORANG-ORANG MUKMIN DI TANAH HARAM IBADAHNYA MENJADI HAJI YANG MABRUR! PULANG MEMBAWA BERKAH DAN OLEH-OLEH! AMIN.

BAGI YANG TANGGAL 1 SAMPAI TANGGAL 9 MAU MENJALANKAN IBADAH PUASA SUNAH SEMOGA PUASANYA YANG IKHLAS DAN DIKUATKAN DARI SEGALA BENTUK NAFSU SERTA DILINDUNGI RASA LAPAR DAN DAHAGA DARI SENGATAN PANAS DAN TERIKNYA MATAHARI! AMIN!


Kalau baca judul postingan kali ini, jangan kira itu adalah Royal Wedding yang diadain di Kerajaan Inggris. Inggris boleh aja ada Royal Wedding, tapi kebudayaan Inggris menurut gue nggak ada ISTIMEWAnya. Bosen liat upaca seperti itu, justru upacara pernikahan ala Kerajaan Inggris sudah pada diadopsi oleh masyarakat perkotaan di Indonesia, ternyata nggak cuma anak ajah yang diadopsi. hha, kali ini agak SARA.

Indonesia yang kaya budaya ini salah satunya mempunyai khasanah kebudayaan yang tinggi akan nilai-nilai keluhuran sehingga menyusunlah sebuah kemajemukan budaya di Indonesia. Kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan yang mencitrakan suatu suku di pulau Jawa (Jawadwipa) bagian tengah. Dua situs kebudayaan selalu menjaga budaya ini ada dan abadi di Indonesia menjadi situs pariwisata Indonesia yang ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun luar negeri.

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, sebuah situs budaya, sumber dimana kebudayaan itu berasal dan terjaga hingga kini karena sebuah keistimewaan. Saudaranya yang lain, Kasultanan Surakarta Hadiningrat cahyanya mulai pudar dengan beberapa keadaan. Tapi, semua itu tentu sudah diatur oleh Tuhan, yang tentu saja menentukan sebuah nasib bagi sebuah bangsa pula.

Gusti Kanjeng Raden (GKR) Bendara dan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudhanegara menyelenggarakan perhelatan besarnya dengan sebuah adat dan budaya yang berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perhelatan pernikahan tersebut mempunyai nama jawanya Pawiwahan Ageng. Inilah yang disebut sebagai Royal Wedding 2011.

Prosesi pernikahan ini tak luput dari sarat khasanah budaya Yogyakarta. Mulai dari prosesi yang dianggap penting hingga bagian-bagian  terkecil darinya. Bala prajurit abdi dalem Keraton Ngayogyakarta tak luput dari tugasnya sebagai seorang abdi kerajaan, ratusan bala prajurit dikerahkan untuk turut serta dalam mendukung kelancaran dan berjalannya prosesi adat ini.

Bagi rakyat Kasultanan Ngayogyakarta, perhelatan ini juga merupakan pesta rakyat Yogyakarta. Dari pihak Keraton sendiri menyediakan wahana pesta tersebut dengan menggelar Angkringan Gratis pada malam hari Selasa. Adanya Angringan Gratis menjadi daya tarik pariwisata tersendiri. Ratusan bahkan ribuan warga DIY ikut menikmati makanan yang dihidangkan sebagai menu makan di angringan gratis. Satu makanan pun yang masuk dari mulut untuk menyenyangkan perut tidak dipungut sepeser pun rupiah dari pembelinya.

Hampir dua pekan sudah perhelatan terbesar di Nusantara terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir dua pekan pula GKR Bendara meninggalkan kota dimana ia dibesarkan. Rakyat Yogyakarta tentu saja terus merindukan hal-hal ini kembali terjadi di tanah Yogyakarta. Menurut warga Yogyakarta, tanah yang dipijaknya sekarang hingga ibu pertiwi memaninggil ruhnya dan jasadnya dikembalikan pada tanah merupakan Tanah Perdikan dari Indonesia. Semua akan merasakan tetesan surga di bumi Yogyakarta.


YOGYAKARTA ISTIMEWA

Sunday, October 16, 2011

Purnama, begitu pula kisah ini terangkat dari sebuah waktu dimana sasandara bercahaya terang bersamaan dengan sempurnanya bentuknya. Derai air mata sejarah mengalir begitu pula mengikuti zamannya yang kian menua. Kala malam mebasahi bumi Mataram dan purnama pun menghiasi malam yang gelap gulita, itulah saat terindah ketika melihat kemegahan pesona bangunan sejarah ini.

15 Oktober 2011, sasandara yang penuh itu berselang datang. Sudah dilupakannya seberkas cahaya beberapa waktu kemarin menghiasi pelataran Candi Prambanan. Namun, malam ini gebyaran pesona indahnya cahaya di Candi Prambanan berbeda dengan apa yang pernah diberikan oleh Sendra Tari Ramayana kepada candi yang berjumlah seribu ini.

Opera van Java, memberikan kesan indah bagi Candi Prambanan untuk kali ini. Terlebih restu yang diberikan oleh Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat kepada OVJ untuk menggelar serangkaian acara roadshow di Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan kota ketujuh acara roadshow Opera van Java berlalang buana di Jawadwipa - Balidwipa.

Nuansa latar pangung kali ini sungguh menakjubkan. Meski alur ceritanya nggak ada hubungannya dengan Candi Prambanan tapi nuansa yang diberikan Candi Prambanan untuk alur ceritanya membuat nuansanya beda. Pesona indahnya candi Hindu ini dengan disoroti lampu dari kaki candi membuat kesan Candi Prambanan cantik.

Parto, Azis, Andre, Nunung, dan Sule menghibur warga Yogyakarta dengan lawakan mereka bersama bintang tamu Soimah "Ayu Ting Ting" dan Marwoto. Lakon yang mereka bawakan kali ini berjudul "Klentang Klenting Klentung". Seperti biasanya, mereka membawakannya dengan penuh guyon kesana-kesini yang membuat kocak perut penonton.

Inilah titik dimana roadshow yang digelar Opera van Java selama ini berkiblat. Ketika di dalam studio, mereka hampir ketika lakon tertentu menayangkan background candi Prambanan serta candi lainnya. Tetapi untuk kali ini, OVJ live mempertontonkan kemegahan dari candi Hindu terindah di Dunia sebagai latar pangung yang mewah. Bahkan aku bilang sebagai latar pangung termewah dari pada latar pangung ulang tahun salah satu televisi swasta.

Berandai jika Prambanan termasuk 7 Keajaiban Dunia Terindah, pasti akan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia bersamaan dengan Pulau Komodo. Salah satu peninggalan bersejarah di Indonesia meski masih ada candi lainnya, namun setidaknya Candi Prambanan mempunyai cerita cinta yang lain.

SELAMAT KEPADA OPERA VAN JAVA YANG TELAH MENGHIBUR WARGA YOGYAKARTA.

YOGYAKARTA ISTIMEWA

Monday, September 12, 2011

Budaya Politik itu apa?

Kita artikan makna Budaya Politik satu persatu. Mungkin, dari makna artian per kata membuahkan suatu kesimpulan yang dapat diambil sebagai pengertian dari Budaya Politik.

Budaya itu apa?
Budaya adalah suatu sikap dari manusia yang membentuk suatu pola bertingkah laku yang akan menjadi suatu kebiasaan dari manusia tersebut dan dari budaya tersebut terciptalah sebuah peradaban yang bernama "masyarakat". Ini dikarenakan salah satu ciri masyarakat adalah memiliki suatu budaya yang khas,

Politik itu apa?
Politik dalam bahasa Indonesia diambil dari Policy yang artinya suatu Kebijakan dan dari Polis yang berarti Negara Kota. Menurut saya, Politik adalah suatu kebijakan dari suatu instansi pemerintah yang menduduki strata tertinggi dalam suatu negara.

Dapatkah mengambil inti-inti yang terkandung dalam kata "Budaya Politik"?
Kurang lebih dari saya mengungkapkan bahwa :
Budaya Politik adalah suatu orientasi pola tingkah laku masyarakat yang khas untuk perpartisipasi aktif dalam menentukan/mengambil keputusan dalam suatu sistem politik. 

Budaya Politik di Indonesia tidak akan maju ketika kesadaran akan berpolitik itu tidak ada dalam diri individu masyarakat Indonesia. Tentunya juga dengan peranan politik yang sehat dan baik, tidak digunakan untuk keperluan pribadi atau pun untuk kelompok tertentu. Budaya Politik itu sudah tertanam di Indonesia (Nusantara) sejak zaman kerajaan-kerajaan yang menempati wilayah dari Nusantara. Mereka menggunakan aspirasi politiknya dengan baik, seperti pula menentukan keputusan kerajaan secara mufakat yang berarti menanamkan rasa demokrasi.

Barang tentu, Pancasila adalah dasar dari kesadaran berpolitik bagi bangsa Indonesia, dan mengaplikasi menjadi suatu semboyan "Bhineka Tunggal Ika". Budaya Politik adalah sesuatu yang penting pula bagi kaum muslimin, dimana Kanjeng Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan Budaya Politik itu dengan baik dan bijak, secara netral dan membela suatu kebenaran yang syah, memberikan fatwa-fatwa, dawuh-dawuh kepada umatnya secara politikal.


Orientasi berpolitik masyarakat Indonesia pun ternyata dibagi menjadi 3, yakni

1. Orientasi Kognitif
Pandangan politik masyarakat yang bersifat kognitif yakni seperti pengetahuan atau wawasan tentang obyek politik.

2. Orientasi Afektif
Pandangan politik masyarakat yang bersifat afektif yakni seperti sikap-sikap ataupun nilai terhadap obyek politik.

3. Orientasi Evaluatif
Pandangan politik masyarakat yang bersifat evaluatif yakni dengan penilaian ataupun pendapat terhadap obyek politik.

Obyek Politik? Apa lagi itu?
Obyek dalam SPOK menduduki sebuah tujuan ataupun sasaran dalam membuat kalimat. Obyek Politik merupakan obyek yang akan menjadi sasaran sebuah politik itu berjalan, seperti:

1. Obyek Politik Umum
Sasaran perpolitikan ini adalah di hal-hal umum, seperti bangsa, negara, simbol, atau yang lainnya.

2. Obyek Politik Input
Terdapat kata kunci "Input" berarti sasaran yang dituju kali ini adalah sebuah masukan perupa pendapat dari kendaraan politik atau yang lebih tepatnya adalah lembaga politik.

3. Obyek Politik Output
Di obyek politik ini terdapat pula kata kunci "output" yang dapat menjadi acuan bahwa sasaran kali ini adalah suatu kebijakan, keputusan yang itu berupa peraturan ataupun hal-hal yang lain hasil dari input.

Sunday, September 11, 2011

Suara yang menggema pelan diiringi terbenamnya mentari di ujung dunia sebelah barat. Sebuah suasana romantis kami, para pencari Tuhan, dengan sebuah alam kesibukan yang mengasyikkan. Suatu kesempatam emas kami sebagai anak kampung yang sukanya pada hal yang diajarkan orang sepuh untuk kemudian sulit mengulangi kesempatan berharga kami lagi di masa depan.

Mega yang menggulung kemerahan pekat di ufuk barat menghiasi langkah kami untuk menuju sebuah bangunan yang dibanggakan orang sepuh di dusun kami. Sebuah langgar ciut yang berisikan puluhan anak-anak yang mengeksploitasi ilmu agama di Langgar Al Mujahiddin. Semangat anak-anak masa lampau yang sulit dilakukan kami di masa kini.

Sarung berjubel kumuh masih saja benggembol di perut kami, baju lusuh setelah dipakai sekolah pun masih dipakai mengaji. Peci hitam peninggalan orang sepuh kami slalu menempel di kepala ketika maghrib berkumandang. Berbekal satu buku dan satu kitab.

Kami merasakan Semangat 45 bila Pak Kyai telah rawuh. Berderet di paling depan sendiri. Ramai pun kami ditegur oleh senior kami. Bandel kami pun sering kali membuat para senior kesal. Tapi kami bukanlah biangkerok yang membuat suasana keruh saat sholat dilaksanakan.

Sejalan waktu bergilir dan terus saja menggerus zaman.

Terdengar suara merdu dari mulut anak-anak zaman lampau ini, "Bada'tu bibismillah....." ila akhir. Berandai kami memasuki beberapa abad lampau dimana lampu belum ditemukan. Suasana romantis kami, para pencari Tuhan. Setelah mukhafadhoh dilanjutkan nadhoman setiap kelas, terdengar lagi suara keras yang menggelitik namun asyik, "Fa'ala yaf'ulu fa'lan wamaf'alan..." ila akhir.
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ””Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!””Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?””Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?””Entahlah..””Apa maksudmu?””Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!””Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4).

sumber : http://lp-9.blogspot.com/2010/12/kisah-cinta-sayyidina-ali-dgn-sayyidah.html
Al Imam Al Bayhaqi (w. 458 H) dalam kitabnya Al Asma wa Ashifat, hlm 506, mengatakan " Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah adalah mengambil dari sabda rasul "engkaulah adz dzahir (yang segala sesuatu menunjukkan ada Nya), tidak ada sesuatu di atas-Mu dan engkaulah al bathin (yang tidak dapat dibayangkan ) tidak ada sesuatu di bawah-Mu (H. R. Muslim dan lainya ) jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan di bawah-Nya berarti Dia tidak bertempat ".
Sedangkan salah satu riwayat hadits jariyah, hadits Zainab yang dzahirnya memberi persangkaan bahwa Allah ada di langit, maka hadits tersebut tidak boleh diambil secara dzahirnya, tetapi harus ditakwil dengan makna yang sesuai dengan sifat sifat allah, jadi maknanya adalah Dzat yang sangat tinggi derajat-Nya, sebagaimana dikatakan oleh ulama Ahlussunnah wal Jama'ah, diantaranya adalah Al Imam an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Tidak boleh dikatakan Allah ada di atas 'Arsy atau ada dimana mana, senada dengan hadits yang diriwayatkan al Bukhari di atas, perkataan Sayidina Ali bin Abi Thalib, "Allah ada (pada azal) dan belum ada tempat dan Dia (Allah) sekarang (setelah menciptakan tempat) tetap seperti semula, ada tanpa tempat" seperti yang dituturkan oleh Al Imam Abi Mansyur Al Baghdady dalam kitabnya Alfarqu Baynal Firaq h. 333). Oleh karena itu tidak boleh dikatakan Allah ada di satu tempat atau dimana mana, juga tidak boleh dikatakan Allah ada di satu arah atau semua arah penjuru.

INGAT, ALLAH SUDAH ADA SEBELUM TERCIPTANYA TEMPAT DAN ARAH, DAN SETELAH ALLAH MENCIPTAKAN TEMPAT DAN ARAH, ALLAH PUN TIDAK BUTUH AKAN KE DUANYA. APABILA ALLAH BUTUH AKAN TEMPAT DAN ARAH, BERARTI SAMA SAJA ALLAH BUTUH MAKHLUK, MAHASUCI ALLAH DARI BUTUH AKAN MAKHLUK. BUTUHNYA ALLAH AKAN MAKHLUK ADALAH MUHAL BAGI ALLAH. "ALLAH ITU ALMUGHNI, YANG TIDAK BUTUH KEPADA SIAPAPUN DAN APAPUN " DAN SIFAT "BUTUH" ADALAH SIFAT CIRI KHAS DARI MAKHLUK, DAN MUHAL BAGI ALLAH BERSIFAT DENGAN PERSIFATAN MAKHLUK.

Syekh Abdul Wahhab Asya'roni (w. 973) dalam kitabnya Al Yawaqiit wal Jawaahir, menukil perkataan Syekh Ali Khawwash : "tidak boleh dikatakan bahwa Allah ada dimana mana". Aqidah yang mesti diyakini adalah Allah ada tanpa tempat dan arah.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Sesungguhnya Allah menciptakan 'arsy (makhluk Allah yang paling besar) untuk menampakkan kekuasan-Nya, bukan untuk menjadikannya tempat bagi dzat-Nya (diriwayatkan oleh Abu Manshur al Baghdadi dalam kitab Alfarq Baynal Firoq hal 333),
Al Imam Abu Hanifah berkata, "Barang siapa yang mengatakan saya tidak tahu apakah Allah berada di langit ataukah berada di bumi maka ia telah kafir" (diriwayatkan oleh Al Maturidi dan lainya).

Shulthonul Ulama' Al Imam Izzuddin bin Abdissalam Asyafi'i dalam kitabnya Hall Arrumuz menjelaskan maksud perkataan Imam Abu Hanifah, beliau Imam Izzuddin mengatakan, "karena perkataan yang demikian (aku tidak tahu allah dilangit atau dibumi), memberikan persangkaan bahwa Allah bertempat, dan barang siapa yang menyangka bahwa Allah bertempat maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya)." Demikian juga dijelaskan maksud Imam Abu Hanifah ini oleh Al Bayadli al Hanafy dalam kitab Isyaratul Maram.

Al Imam Al Hafidz ibn Al Jawzi (w 597) dalam kitabnya Daf'u Syubhat Atasybih mengatakan, "Sesungguhnya orang yang mensifati Allah dengan tempat dan arah maka ia adalah musyabbih (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluknya ) dan juga mujassim (orang yang meyakini bahwa Allah adalah jisim/benda), yang orang itu buta dari mengetahui sifat Allah"

Al Hafidz Ibnu Hajar al 'Asqalani (w. 852) dalam kitabnya Fath-hul Bari Syarh Shahihul Bukhari mengatakan "Sesungguhnya kaum musyabbihah dan mujassimah adalah mereka yang mensifati allah dengan tempat padahal Allah maha suci dari tempat" di dalam kitab Al Fatawa Al Hindiyyah, cetakan dari shadir, jilid II, H 259 tertulis sebagai berikut "adalah kafir orang yang menetapkan tempat bagi Allah ta'ala", juga dalam kitab Kifayatul Akhyar, karya Al Imam Taqiyyuddin Al Hushni (w. 829 H), jilid ll, hal 202, cet darl fikr, tertulis sebagai berikut " ... hanya saja An Nawawi menyatakan dalam bab Shifat as Shalat dari kitab Syarhul Muhadzdzab bahwa mujassimah adalah kafir, saya (al hushni) berkata, "INILAH KEBENARAN YANG TIDAK DIBENARKAN SELAINYA, KARENA TAJSIM (MENYERUPAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK,BAIK DALAM DZAT DAN SIFAT,DAN MEYAKINI BAHWA ALLAH ADALAH JISIM-BENDA-) JELAS MENYALAHI ALQUR'AN Q.S ASSYURA 11.

Al Imam Malik berkata "ARRAHMAN 'ALA AL 'ARSY ISTAWA SEBAGAIMANA ALLAH MENSIFATI DZAT (HAKEKAT)NYA DAN TIDAK BOLEH DIKATAKAN BAGAIMANA DAN KAYFA (yg adlh sifat makhluk) ADALAH MUSTAHIL BAGINYA (DIRIWAYATKAN OLEH ALBAYHAQI DALAM AL ASMA' WASHIFAT), maksud perkataan Imam Malik tersebut, bahwa Allah Mahasuci dari semua sifat benda (kayfa), seperti duduk, bersemayam, berada di suatu tempat dan arah dan sebagainya. Sedangkan yang mengatakan wal kayf majhul adalah tidak benar dan Imam Malik tidak pernah mengatakanya.


Imam Ath Tahawi mengatakan "Barang siapa mensifati Allah dengan salah satu sifat manusia, maka ia telah kafir", dia antara sifat-sifat manusia adalah bergerak, diam, naik, turun, duduk, bersemayam, mempunyai jarak, menempel, berpisah, berubah, butuh, berada pada suatu tempat dan arah, berbicara dengan huruf dan sebagainya. Barang siapa yang menyifati Allah dengan sifat-sifat di atas, sungguh dia terjerumus dalam kekufuran ( INI KATA IMAM ATTHAHAWI).

sumber : http://lp-9.blogspot.com/2010/12/tidak-boleh-berkata-dan-berkeyakinan.html

Thursday, September 8, 2011

Berhubung gue masih sekolah, banyak noh tugas tumpuh-tumpuk di meja gue sama di otak gue. Sampai-sampai liburan lebaran pun tugas masih tetep ajah ada. Hingga masuk sekolah hari ini (8/9) tugas itu juga belum ada yang kelar. Guru-guru pada enak yaa? Tinggal koreksi sama ngasih nilai (nilai tugas gue yang tinggi ya Pak, Bu Guru).

Memang, sekolah di sekolah yang notabene terpandang di kabupaten Bantul memang mengenaskan. Bukan berarti menyepelekan, tapi tugasnya itu loh, MasyaAllah banget. Guru-gurunya memang top seBantul, mereka memang dididik untuk mengajar di sekolah RSBI ini. Tuh, RSBI lhoh sekolah gue. Rintisan Sekolah Bertarif Internasional.

Hari masuk sekolah setelah lebaran, pastinya diwarnai dengan apel pagi di terik matahari yang sudah meninggi waktu dhuha neeh. Syawalan atau Halal bi Halal pun kemudian dilanjutkan setelah apel pagi selesai. Entah, syawalan sekolah kali ini ada yang kurang. Hu uh, kurang sholawatnya dong. Huft.

Tugas paling asyik neeh, tugas dari mapel BK. Tugas kelompok sich, tapi yang bikin makalah gue and temen gue cuma bikin PPTnya doang. Huh....

Tugasnya suruh nyari info tentang "Pernikahan Dini",,, tuh khan asyik materinya. Baca-baca artikel dari SEO di Google jadi pengen. Nggak ah,,, gak jadi, aku pengen nerusin kuliah dulu di STAN (?). Moga ajah tahun ku besok STAN udah di buka lagi. Amin.

Problema sosial masyarakat kelas bawah adalah menikahkan anaknya yang masih di bawah umur agar dapat mandiri dan hidup tidak membebani orang tuanya. Itu salah satu penyebab maraknya pernikahan dini di masyarakat khususnya strata sosial kelas bawah. Yang gue baca gitu sich.

Cewek-cewek lulus SMP kebanyakan udah pada bledug duluan ketimbang nikahnya. Astaghfirullah!!!! Mereka kebanyakan dari kalangan bawah juga sich. Pacaran mereka sudah di luar batas peri kemanusiaan dan peri keadilan dan tidak mendukung apa yang di ajarkan oleh agama maupun negara.

Buat yang baca postingan catatan gue, hindari nikah dini yaa.... Ini merupakan wujud dari kesetiaan kita kepada Allah ta'ala bahwa jodoh Dia yang atur. Ngajinya juga ditambah rajin, dasar-dasar kehidupan malah justru terlahir dari ilmu agama loh.

Postingan gue cukup sekian ajah, dan gue akan akhiri masa bujang gue setelah sekolah (kuliah juga sekolah lho). Wasalam.

Wednesday, September 7, 2011

rasanya bukan main,
ketika segudang perasaan itu hadir menghiasi setengah jalan pikiran ku,
ya, entah mengapa?
sebuah tanya menghiasi pula sanubariku,
sebuah catatan manis mengenal diri mu,
ketika aku pergi semua bayangan, suara, hingga tabiatmu aku merindu,
hanya seperti air yang merindukan bulan purnama,
dari tiga puluh hari aku menunggu mu,
engkau hanya memberi obat itu satu malam,
ketika aku berusaha melupakanmu,
usaha Allah pula memberikan rasa rindu itu,

Prince Ardhanareswara pada 05 September 2011 jam 12:31

Tuesday, September 6, 2011


Judul postingan yang aneh. Seperti yang diungkapkan oleh seorang Kapita Pattimura, "Mati Satu Tumbuh Seribu." Beberapa kali kata-kata ini terucap dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah untuk mengenalkan perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajah. Berulang kali pula dan tidak pernah bosan, kata-kata ini seperti transportasi arus mudik-balik yang berlalu lalang di gendang telinga kita.

Beberapa tokoh sejarah menerangkan, gugur satu pahlawan untuk mempertahankan tanah air Indonesia ini maka jiwa-jiwa kepahlawanan itu akan tumbuh di dalam jiwa seribu pemuda Indonesia. Tapi lihatlah kenyataan dari nilai filosofis yang terkandung itu. Anggota DPR-MPR pun tak kan pernah tahu dan mungkin tidak akan pernah tau tentang apa itu "Mati Satu Tumbuh Seribu". Mereka anggota legislatif hanya akan tertarik pada kata terakhir "Seribu" karena uang 1 Triliyun tidak akan menjadi 1 Triliyun bila tidak ada uang "Seribu"

Siang itu (5/9) hanya tengah bersandar di bawah payung atap genting di atas bukit yang tinggi. Sejalan seperti kisah yang lalu "Simbah Guru Kami". Tujuan kami kali ini adalah sebuah makam di daerah Muntilan. Sebuah daerah di luar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi daerah perdikan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dimana?
Di Makam Gunung Pring, Muntilan, Jawa Tengah, Indonesia.

Hawa sejuk pegunungan membuat kami tidak pernah lelah menapaki punden berundak yang menuju ke kompleks makam di atas bukit. Jika mau dihitung berapakah jumlah anak tangga menuju atas, silahkan saja, tapi gue males buat ngitungnya. Mendingan foto-foto anak tangga daripada ngitungnya.


Setelah selesai melepas penat di kompleks makam, kami lanjutkan untuk sholat Dzuhur dikarenakan sudah waktunya pula kami harus melakukan kewajiban itu. Dikarenakan tempat wudhu puterinya rusak dan mungkin belum sempat didandani lagi oleh penunggu maka (juru kunci maksudnya). Dan, WOW!!! Kami putera dan puteri harus wudlu di satu tempat yang sama dan jalannya sempit. Alhasil, banya para wanita tua pada mbacot sesuka hatinya. Astaghfirullah.

Seribu masjid di jalan raya membuat kami tidak menjama' maupun mengqodho' sholat Dzuhur. Lagian tempat kami tidak lebih dari 60 dhiro (bener gak) yang salah satu menjadi syarat diqodho' atau dijama'. Sholat Dzuhur selesai, kami lanjutkan apa tujuan sebenarnya ke Gunung Pring. Yups, pembacaan kalimah thiyyibah atau bahasa kerennya Tahlil.

Mereka yang berada di bawah tanah, adalah orang-orang pilihan dari Allah ta'ala sebagai khalifah di masa lalu. Raden Santri adalah cikal bakal dari makam di atas bukit ini. Beliau adalah putera dari Ki Ageng Pemanahan di Mataram. Di sini pula leluhur dari Hadhrotusy Syaikh KH Yasin bin Idris Kombangan dimakamkan. Siapa? Yaitu tadi, Raden Santri. Semoga rahmad Allah selalu ada kepada mereka. Amin allahumma amin.

Meninggal satu ulama, tumbuh jiwa-jiwa ulama di seribu santri. Dan kemudian muncul pula pengganti mereka yang sudah meninggal, para kyai-kyai yang silih berganti. Mereka tidak akan bereinkarnasi menjadi seseorang lagi, mereka akan bereinkarnasi ilmunya. Mereka adalah salah satu garis dari persanadan ilmu di pulau Jawa.

Dan pada akhir doa Tahlil, kami mendengar berita kewafatan KH Achmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau yang dikenal sebagai Abah Anom Suryalaya. Secara kebetulan gue punya perasaan aneh untuk buka handphone gue yang baru saja online facebook, setelah gue refresh, eh, ada berita Abah Anom wafat. Tidak ketinggalan pula untuk kirim Al Fatihah kepada Abah Anom.

Bila Allah ta'ala berkenan, akan ada seribu jiwa santri lagi yang akan meneruskan perjuangan KH Achmad Shohibul Wafa Tajul Arifin. Dan akhir postingan gue ini, akan gue akhiri dengan :

SELAMAT JALAN ULAMA KAMI, ULAMA PARA SANTRI AHLUSSUNAH WAL JAMAAH, MURSYIDUTH THORIQOH QODIRIYYAH WAN NAQSABANDIYYAH ALMAGHFURLLAH HADHROTUSY SYAIKH KH ACHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN RA.

Monday, September 5, 2011


Doa kami akan selalu ada untukmu Hadhrotusy Syaikh,


Cerita sebuah ilmu akan turun melalui sanad ilmu pada mata rantai guru. Berikut pula dengan guru kami K Achmad Burhani Asyahidi. Beliau adalah guru bagi kami, guru bagi murid-muridnya di Pondok Pesantren Hidayatul Falaah. Guru bagi kami yang bertempat tinggal di kampung Bejen baik santri kampung maupun hanya pemuda Bejen.

Dan inilah sebuah cerita tentang perjalanan bagaimana kami, para murid K Achmad Burhani meneladani perjuangannya menimba ilmu di sebuah jarak yang cukup jauh dari kampung Bejen. Pada saat ini, di tempuh pula menggunakan kendaraan bermesin masih menyisakan waktu yang cukup lama, bagaimana pula dengan sebuah dimensi yang lampau. Sebuah dimensi waktu yang mesin bermotor belum menjadi mayoritas kendaraan penguasa jalanan.

Berangkat kami di pagi ini (5/9) dengan serombongan jamaah berkendaraan 4 bus dan 2 mobil. Tujuan kami, sebuah tempat di suatu hutan. Hutan yang ditumbuhi banyak pohon bambu yang memenuhi halaman warga hingga ke kebun-kebun mereka juga tertumbuhi pohon bambu. Sebuah tempat yang mempunyai akses jalan yang bervariatif. Di antara jalan lurus mulus, terdapat jalan cor-coran yang bergelombang, jalan yang berbentuk zig-zag seperti tubuh ular, hingga jalanan seperti di daerah pegunungan.


Siapakah gerangan yang akan kami kunjungi sebagai rasa bakti kami atas rasa menjadi murid yang taat kepada gurunya?
Beliau adalah KH. Yasin bin Idris Kombangan.

Siapa gerangan beliau?
Beliau adalah guru dari K Achmad Burhani ketika dimensi tempo dulu seorang Achmad Burhani menjadi santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi'ien Kombangan. Simbah guru dari kami, para murid K Achmad Burhani.


Hadhrotusy Syaikh?
Hadhrotusy Syaikh merupakan gelar yang sering dipakai oleh seorang Kyai atau Syaikh (Guru) bila seorang guru itu telah menurunkan sanad ilmunya hingga cucu murid. Arti dari Hadhrotusy Syaikh sendiri adalah Maha Guru. Pusat dari sanad ilmu itu. Seperti pula tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yakni Hadhrotusy Syaikh KH Hasyim Asy'ari Tebu Ireng atau pendiri Jama'ah Al Khidmah yakni Hadhrotusy Syaikh KH Achmad Asrori al Ishaqiy. Begitu pula apa yang terjadi pada KH Yasin bin Idris Kombangan.

Inilah tempat tujuan silaturrahim kami, Kombangan, Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Terdapat sebuah pondok pesantren yang bernama Hidayatul Mubtadi'ien. Sebuah pondok pesantren yang diasuh oleh Hadhrotusy Syaikh KH Yasin bin Idris.

Cerita apa lagi yang akan diposting??? Tunggu kelanjutannya yah dalam judul "Simbah Guru Kami part 2"...
aku mau istirahat dulu setelah hari ini menempuh perjalanan yang mengasyikkan.

----------------------
karena sesuatu hal, postingan ini saya lanjutkan (kang uzan).


Suatu keberuntungan bagi kami, memiliki simbah guru seperti beliau. Bukan karena allamah-nya, bukan karena sepuhnya usia, bukan pula soal hal-hal aneh yang bersangkut paut hal yang tidak bernalar. Sungguh, beliau adalah merupakan orang-orang pilihan, orang-orang yang dikasihi oleh Allah ta'ala.

Shohibus Sirriy?
Jika mengenal Shohabat Abu Bakar Shiddiq, Shohabat Umar bin Khothob, Shohabat Utsman bin Affan, Shohabat Ali bin Abi Tholib, pasti tahu definisi kata "shohabat". Seseorang muslim yang hidup atau pernah bertemu semasa Rasulullah SAW hidup. Secara kenyataan, Simbah KH Yasin bin Idris pernah bertemu hingga bercakap-cakap dengan beliau Rasulullah SAW. Subhanallah, dan itulah yang mendasari beliau KH Yasin memperoleh julukan Shohibus Sirriy.

Lha sirriy-nya?
Berhubung karena Rasulullah SAW telah wafat dan dimakamkan di Kubah Hijau Masjid Nabawi dan Simbah KH Yasin sugeng jarak usianya tidak sepadan, bagaimana bisa pertemuan itu terjadi? Pertemuan itu terjadi secara samar-samar, jadi secara sirriy. Sebagai contoh Shohabat Umar bin Khothob adalah masa hidupnya menjumpai dhohiriyah dari Nabi Muhammad SAW sehingga memperoleh julukan Shohabat. Bagaimana dengan Simbah KH Yasin? Beliau bertemu bi qolbi jadi secara samar atau sirriy.

Subhanallah, cuplikan kecil tentang manaqib Simbah KH Yasin menegaskan kita tentang sanad ilmu kita, bagi mereka yang mengaji di Pondok Pesantren Hidayatul Falaah ataupun pemuda kampung Bejen yang biasa mendengar mauidhoh hasanah dari K Achmad Burhani ilmunya pun bersumber dari sebuah kota ilmu (Nabi Muhammad SAW). Semoga barokah ilmu kita fid dunya wal akhiroh.

tentang mauidhoh hasanah Simbah KH Yasin tunggu postingan berikutnya, karena butuh narasumber juga untuk menghindari salah penafsiran.

Sunday, September 4, 2011

Nih postingan terbaru gue(bahasanya enggak banget), belum juga selesai lebaran juga khan? Nih, about night of takbir atau istilah Inggrisnya mengatakan Malam Takbiran. Dari judul postingan nyambung gak sih? Takbiran sama kartu (lebaran) itu nyambung gak?

Dimana?
Sebuah pertanyaan itu pasti sudah mengangan-angan dimanakan malam takbiran ini?

Penting nggak sih?
Terserah elu-elu yang baca, penting atau nggaknya,,, ntar bikin polling ajah... ^.^

Dimana?
Acara akbar ini diadakan oleh sebuah lembaga terbesar di kampung kami karena tidak ada organisasi pemuda kampung sehingga aku pun menamainya dengan lembaga terbesar di kampung kami. Takmir Ramadhan Masjid Darussalam Bejen adalah penyelengara acara terakbar di kecamatan Bantul, kabupaten Bejen (KH Muhtarom Idris).

Acaranya apa dong?
Acaranya tuh Pesta Kembang Api Simpang Lima. Why Simpang Lima? Karena kebetulan otak-otak (makanan) kami berfikiran perempatan Bejen itu bentuknya Segi Lima (Simpangan Lima). Di tempat ini, triliyunan kembang api disumet sebagai pemeriah malam Takbiran. Acara ini di gelar pada acara Takbir Keliling Dusun Bejen.

Dari merk kembang api Roman Candle sampe merk abal-abal pun tak kalah memeriahkan perempatan ramai itu-lalu lintas sudah di atur sama yang punya jalan (polisi)-. Kok polisinya gak nertibin yang pada nyalain kembang api? Karena polisi bukan PolPP.

Meriah sih pestanya, jalan pun macet bak arus mudik-balik digabungin jadi satu. Wuah, catatan berharga untuk diceritakan ke anak cucu. Meletusnya kembang api sama seperti suara boom rikalton dan jewe mariot. Duar!!!

Menurut kami, semua pesta itu kurang meriah karena seperti sudah sepantasnya kita merayakan hari kemenangan dengan perayaan yang demikian (sejalan). Menurut kami, memeriahkan malam takbiran dengan arus balik adalah sesuatu yang meriah yakni dengan bermain remi, siapa kalah ia harus takbir selama masa hukuman itu habis.

Namun, kisah berikutnya adalah kemurungan para peremi yang tergabung dalam wadah organisasi KOREM (Komandan Remi) yang akan gue ceritain besok lain kali. Intinya postingan ini adalah Takbiran ala KOREM.

(catatan harian ku yang galau)
             Tarian Leyek ini berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak tercatatnya dalam buku-buku pengetahuan umum, membuat saya merasa tertarik untuk mengetahui secara lengkap tentang tarian ini. Berikut ini adalah seuntai cerita tentang keberadaan tarian khas Islam Yogyakarta.
Peradaban kuno tentang Kerajaan Mataram Islam tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan asal mula tarian rakyat ini. Terutama pada perkembangan agama Islam di tanah Mentaok ini. Lain cerita tentang Syech Belabelu dan Syech Maulana Maghribi yang berada di pesisir selatan.
Tersebutlah seorang darah bangsawan Majapahit, nama kecilnya adalah Raden Trenggono, setelah belajar kepada Sunan Kalijaga namanya diubah menjadi nama seorang yang benar-benar mengetahui segala seluk beluk agama Islam yakni Panembahan Bodho. Singkat cerita Panembahan Bodho memenuhi tugas yang diembannya di daerah Tanah Perdikan Mangir.
Jauh sebelum peristiwa Ki Ageng Mangir Wanabaya tewas di tangan Panembahan Senopati. Kerajaan Islam kedua di tanah Mataram yang belum pernah mencapai kejayaannya, Kerajaan Islam Mataram Kidul.
Peradaban Islam itu mulai tumbuh dengan segarnya di tanah ini, meski penghulu tanah perdikan ini sebelum Wanabaya tidak mau masuk Islam. Terkenallah sebuah permainan musik yang diciptakan oleh Panembahan Bodho dengan salah seorang santrinya, yakni Kesenian Rodat.
Banyaknya orang yang berjoget ria ketika lantunan sholawat nabi yang diiringi oleh Kesenian Rodat membuat Panembahan Bodho merasa harus meluruskan, bahwa boleh saja senang ria dengan sholawat atau maulid tapi jangan sampai seperti kelewatan. Apa boleh buat, dengan dipandu oleh santri-santrinya Panembahan Bodho berusaha meluruskan jogetan itu menjadi sebuah tarian yang sopan namun tidak mengurangi rasa gembira di hati.
Akhir dari sebuah perjalanan peristiwa itu terciptalah Tarian Leyek untuk mengiringi Sholawat Maulid yang dimusiki oleh Kesenian Musik Rodat.
Tariannya semangat suka ria yang mencerminkan bagaimana cara menyambut Nabi Muhammad saw yang diyakini oleh masyarakat hadir ditengah-tengah perayaan Maulid itu. Alunannya seperti ombak pantai Selatan yang tajam namun indah. Properti yang digunakan berupa tipas atau kipas.
Kesenian Rodat dan Tarian Leyek ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bisa saja hanya Kesenian Rodat, namun rasanya ada yang kurang lengkap tanpa hadirnya Leyek. Kedua kesenian ini bergembang terus di daerah Bantul, Yogyakarta seperti Kauman Wijirejo, Mangir, Ngeblak, Sabunan, dan daerah lain.

Saturday, September 3, 2011

Tersebutlah sebuah desa dengan segudang kreativitas agar mereka diliput oleh Mass Media. Dan berikut adalah hasil dari liputan koran Merap*.


Kreativitas Pemuda Dusun Bejen : Lagu Unik Penanda Sahur

Gundul-gundul pacul cul, gemblelengan, nyunggi nyunggi wakul kul gemblelengan, wakul ngglimpang segane dadi sak latar.

Itulah salah satu lirik lagu Jawa yang dilantunkan Anas Nefiyanto, Jayid dan belasan pemuda masjid diiringi tabuhan kentongan maupun bass sambil keliling menyusuri jalanan kampung Dusun Bejen Bantul, Sabtu (6/8) dinihari. Begitu nyanyian selesai langsung disusul teriakan sahuuur..sahuuur.

Saat rombongan gugah sahur ini melewati gang-gang kampung, sayup-sayup kemudian terdengar suara aktivitas di rumah para warga. Mereka yang mendengar suara gugah sahur ini kemudian beranjak menuju ke dapur untuk mempersiapkan menu sahur di rumahnya. Yang pasti dengan adanya kegiatan gugah sahur oleh para pemuda masjid ini para warga banyak yang merasa terbantu. Efek langsung dari kegiatan kreatif ini para warga kampung jadi bisa melakukan persiapan untuk sahur lebih awal. Dengan adanya tradisi gugah sahur ini harapannya memang agar para warga kampung tidak ada yang terlambat mempersiapkan menu untuk sahur.

Tradisi unik ini merupakan tradisi gugah sahur yang dilakukan para pemuda Masjid Darussalam Dusun Bejen Bantul yang sudah rutin mereka lakukan saat Bulan Ramadhan. Dengan alat musik beraneka ragam, mereka berkreasi melakukan gugah sahur dengan lantunan lagu unik yang menghibur.

Koordinator kegiatan, Mazdan kepada Merapi menyatakan, tradisi gugah sahur ini sudah berlangsung beberapa waktu. "Kegiatan ini diolah oleh takmir masjid. Tujuannya untuk membangunkan warga sahur khususnya saat Bulan Ramadhan," papar Mazdan.

Dalam setiap kali keliling kampung, ada 12 sampai 16 orang pemuda yang turut serta. Saat keliling untuk melakukan gugah sahur, mereka sudah membawa peralatan musik masing-masing. Tugas mereka juga beda-beda. Ada yang khusus penabuh Bass, ada juga yang menjadi vocal. Khusus yang kebagian tugas vocal, mereka berada di barisan paling depan sambil membawa megaphone.

Menurut penuturan Mazdan, kegiatan gugah sahur ini pertama kalinya dilakukan di rumah warga. Karena kegiatan ini sifatnya umum kemudian diakomodir oleh takmir hingga menjadi format seperti sekarang. "Dalam setiap malamnya, kami mulai keliling pukul 02.00," jelas Mazdan. (Shf)-b

 

Friday, September 2, 2011

Waw, nih postingan terbaru dari ana...
Ana lihat, banyak akhir-akhir ini make tarian ini, terakhir dari tvon*,

Tahu Tarian Whirling?
Sebenarnya sich saya juga belum terlalu paham soal menyoal tentang tarian ini. Tapi yang saya pelajari adalah bagaimana nilai filosofisnya yang terlihat jelas pada setiap gerak tarinya. Orang yang pertama melihat gerak tarian ini pasti bulu kuduknya berdiri, tapi jangan artikan bahwa ada makhluk ghaib lho!!

Tarian inilah yang mengambarkan bagaimana makrifat kehidupan seorang manusia di dunia. Tarian yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana nilai pandang sebagai sufi menjalankan ibadahnya untuk Allah swt. Mulai dari pakainan yang dikenakan oleh si penari sampai ke geraknya mengambarkan jelas tentang kematian manusia.

Berputar, itulah arti dimana manusia ini selalu berputar sesuai dengan takdir yang diturunkan dan digariskan oleh Allah swt. Mulai dari Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw mengambarkan keberputaran juga. Umur manusia yang terus saja berputar pun demikian.

Memakai pakaian serba putih, arti dari kain kafan yang kelak membalut kita dalam kesendirian dalam liang kubur. Adalagi yang menyebutkan bahwa nilai putih ini adalah suatu nilai keruhanian.

Waw, jadi inget video klipnya "Laskar Cinta"
Cinta memang galau gan, tidak ada yang mengira cinta itu tumbuh pada hati yang tulus dan setia. Merasakan satu rasa aneh yang selalu menghantui hati kemana pun kita pergi. Cemburu, gelisah, khawatir, sampe kehilangan seseorang yang disayangi itu WAJAR (wajar tuh bukan wajib belajar lho).

Cinta pertama, apa yang dirasakan serba aneh mas bro, ingat lagunya Maia? yupz, setiap kali ngelakuin kegiatan apapun, bayangan tentang seorang kekasih itu akan hadir. Why? entah karena apa. Wallahu a'lam dah kalo kayak gini.

Cinta itu adalah anugerah dari Allah SWT, kepada manusia Allah memberikan cinta itu beriringan dengan nafsu. Jadi, lok ada video bokep kayak Ariel itu wajar karena nafsulah yang bergerak beriringan dengan cinta.

Tau gak mas bro kosakata "bercinta"?
Bercinta tuh yaa kayak yang dilakuin Ariel cs itu. (masya allah) Tuh kan, cinta itu adalah nafsu.

Kesimpulan :
Cinta adalah anugerah dari Allah SWT kepada manusia sebagai aplikasi dari mengasihi dan menyayangi (arrohman dan arrohim) dan rasa cinta itu juga harus dikembalikan kepada yang punya yakni Allah. Yakin dech, bila kita mencintai pasangan kita karena Allah ta'ala pasti dunia akhirat akan bareng (setia sehidup semati) tapi ingat mencintai pasangan karena Allah ta'ala bukan karena nafsu cos cinta itu adalah nafsu.